Tanpa judul


                      Active income menghilangkan kemerdekaan manusia dan bahkan membuatnya gila


Oleh: MC WISWO
Jika anda seorang manajer yang sangat dipercaya atasan dalam sebuah perusahaan. Anda bergaji besar, lengkap dengan asuransi keluarga, tunjangan hari tua dan fasilitas yang serba mewah dari perusahaan. Anda pun masih ingat dan pantas membanggakan hati karena betapa cepatnya melejit karir anda. Anda pun sudah dapat menduga dan cukup yakin dalam waktu yang tidak lama lagi akan naik menjadi Direktur. Anda sudah mulai menghitung pesangon yang akan anda terima saat anda pensiun 10 tahun lagi dengan jabatan tertinggi yang akan anda dapatkan. Wow, sangat cukup untuk menikmati hari tua. Namun jika tiba-tiba besok pagi, Direktur mengatakan bahwa anda adalah salah satu dari sekian banyak karyawan yang terpaksa akan di-PHK dengan alasan perampingan, apakah anda justru bersenang hati? Bagaimana pula jika anda hanyalah karyawan yang kerja selama bertahun-tahun, tetapi hanya bergaji pas-pasan untuk belanja sehari-hari, cicil rumah kecil, dan cicil mobil termurah? Atau bagaimana pula jika gaji anda hanya cukup untuk belanja sehari-hari dan bayar kontrakan rumah? Apa yang akan anda alami dan rasakan ketika tiba-tiba besok pagi menerima surat PHK? Saya hanya ingin mengingatkan bahwa perusahaan bekerja untuk pemiliknya, sedangkan anda bekerja untuk perusahaan.
Sekarang, berapa lama anda telah bekerja? Berapa banyak tabungan telah anda miliki? Jika anda tahu akan di-PHK 6 bulan lagi, atau akan pensiun, berapa lama anda akan bersenang-senang menikmati pengangguran, tanpa keinginan untuk melamar ke perusahaan baru?
Banyak orang terjebak dalam ketergantungan pada active income, sehingga kehilangan kesempatan untuk memberikan yang terbaik untuk keluarganya, masyarakat dan lingkungan alamnya. Dalam era neo-kapitalisme, para pemilik modal diberi ruang yang besar untuk mengelola modalnya dalam skala-skala raksasa berupa perusahaan. Bahkan dalam era globalisasi, para orang kaya di seluruh dunia telah menguasai investasi di berbagai bidang. Mereka menginvestasikan modalnya di berbagai perusahaan raksasa yang menjangkau hingga pelosok negeri di berbagai dunia, termasuk di Indonesia. Akibatnya? Banyak masyarakat menengah-bawah yang terjajah, dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan passive income.
Sebagian besar masyarakat telah kehilangan kemerdekaannya karena ketergantungan terhadap active income. Yah, active income telah membuat banyak orang di dunia tidak punya waktu untuk dirinya sendiri, keluarga dan sanak-saudaranya, masyarakat, dan lingkungan alamnya. Bahkan sangat banyak orang yang kehilangan harga diri dan jati dirinya, kehilangan idealisme oleh karena perasaan takut atasan, takut dipecat, dan berbagai tekanan mental lainnya. Mereka telah menjadi korban penjajahan ekonomi modern alias penjajahan uang.